Banyak pihak menaruh harapan Jakarta bisa sukses saat di pimpin oleh Gubernur DKI Jakarta , Joko Widodo, dan Wakil
Gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama.
Namun, tidak sedikit juga yang meragukan keduanya bisa
sukses memimpin di tengah kerasnya ibu kota. Maklum keduanya merupakan orang
baru di birokrasi Pemprov DKI. Meski bekal keduanya dibilang lebih dari cukup.
Jokowi sebelum dilantik jadi gubernur, merupakan Walikota Surakarta. Sedangkan
tandemnya, Basuki, sebelum menjadi anggota DPR, adalah Bupati Belitung Timur.
Tapi, semua keraguan itu perlahan mulai dijawab
Jokowi-Basuki. Sejumlah persoalan yang sebelumnya mustahil bisa dilakukan
Pemprov DKI Jakarta, ternyata sukses di tangan Jokowi-Basuki. Kondisi Waduk
Pluit yang dangkal dengan deretan rumah kumuh, berhasil disulap Pemprov DKI
tidak hanya menjadi tempat tampungan air yang memadai, tapi kini juga sudah
seperti tempat wisata yang kini dijadikan warga untuk interaksi sosial.
Padahal, di lokasi Waduk Pluit, Penjaringan, dulu banyak penghuni rumah liar
yang menolak ditertibkan. Namun, berkat pendekatan persuasif Jokowi, Pemprov
DKI bisa menormalisasi waduk tanpa perlu ada pertumpahan darah.
Tetapi secara umum, katanya, penanganan banjir di Jakarta
belum terlihat jelas. Karena untuk penanganan banjir baru dilakukan pengerukan
terhadap tiga waduk saja. Padahal di Jakarta ada 42 waduk dan 14 situ yang
kondisinya sudah dangkal. Selain itu, pengerukan 13 sungai yang direncanakan
belum juga terealisasikan. Meski pengerukan kewenangannya ada di bawah
Kementerian Pekerjaan Umum, namun Pemprov DKI Jakarta juga berperan dalam
pembebasan lahan dan relokasi warga.
Untuk menangani banjir, Jokowi bercermin dari kota Rotterdam
yang baru bisa menyelesaikan banjir dalam waktu 200 tahun. Sehingga dirinya
meminta waktu agar dapat menyelesaikan masalah banjir di Jakarta. Terlebih
dirinya baru hampir satu tahun memimpin Jakarta. Titik banjir di Jakarta pada masa kepemimpinan Gubernur Joko
Widodo alias Jokowi diklaim lebih sedikit daripada masa pemerintahan Fauzi Bowo
alias Foke. Titik-titik banjir di Ibukota pada masa Jokowi jumlahnya hanya
separuh dari titik banjir saat Foke memimpin. Genangan yang ada di kawasan
Pluit juga jauh berkurang setelah program normalisasi waduk dilakukan oleh
Jokowi. Begitu pula titik banjir di Jalan Sudirman-Thamrin sudah tidak
terdampak banjir pada musim banjir kali ini.
Menghilangkan banjir dari Jakarta sangat sulit, mengingat geografis sebagian besar wilayahnya berada di bawah permukaan air laut dan dialiri 13 sungai. Oleh sebab itu, yang paling penting untuk menanggulangi banjir di Jakarta adalah kewaspadaan masyarakat. Siapa pun gubernurnya akan sangat sulit mengatasi banjir. Jadi warga harus bisa hidup harmonis dengan ancaman bencana.
Cr : http://news.liputan6.com/read/800055/bpbd-titik-banjir-di-jakarta-pada-masa-jokowi-menurun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar