Total Tayangan Halaman

Kamis, 02 Mei 2013

INFLASI



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Penyebab Inflasi, dapat dibagi menjadi :
  1. Demand Side Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan permintaan agregat yang melebihi kenaikan penawaran agregat
  2. Supply Side Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan penawaran agregat yang melebihi permintaan agregat
  3. Demand Supply Inflation, yaiti inflasi yang disebabkan oleh kombinasi antara kenaikan permintaan agregat yang kemudian diikuti oleh kenaikan penawaran agregat,sehingga harga menjadi meningkat lebih tinggi
  4. Supressed Inflation atau Inflasi yang ditutup-tutupi, yaitu inflasi yang pada suatu waktu akan timbul dan menunjukkan dirinya karena harga-harga resmi semakin tidak relevan dalam kenyataan
Dengan mengetahui secara benar tentang masalah inflasi, tentu saja kita berharap dapat mengatasi atau bahkan mencegahnya. Kita tidak bisa memungkiri akan besarnya kemungkinan dinegara kita akan menghadapi masalah inflasi. Sebagai seorang mahasiswa sudah sepatutnya kita membanntu permasalahan ekonomi yang ada di negara kita khususnya masalah inflasi.

BAB II
ISI

A.     Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue). Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kanaikan harga belangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
                Dalam membicarakan mengenai masalah inflasi, perlu kita membedakan diantara inflasi merayap (creeping inflation), inflasi sederhana (moderate inflation) dan inflasi hiper (hyper inflation). Tidak terdapat suatu ukuran tertentu yang dapat digunakan untuk membedakan ketiga jenis inflasi tersebut, tetapi secara kasar dapatlah dikatakan bahwa inflasi merayap adalah inflasi yang tingkatnya tidak melebihi 2-3 persen setahun, inflasi sederhana adalah inflasi yang berada disekitar 5-8 persen dan inflasi hiper adalah inflasi yang tingkatnya sangat tinggi yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua kali lipat atau lebih dalam tempo satu tahun.


B.     Penggolongan Inflasi
1.       Berdasarkan Sumber Timbulnya Inflasi
Berdasarkan sumber timbulnya, inflasi dibedakan menjadi dua .
                a)    Berasal dari dalam negeri : Terjadi akibat defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal.
                b)    Berasal dari luar negeri : Terjadi akibat naiknya harga barang impor.  Hal ini terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.

2.       Berdasarkan Cakupan Pengaruh Kenaikan Harga
                a)    Inflasi Tertutup (closed inflation) : Jika kenaikan harga secara umum hanya berkaitan dengan beberapa barang tertentu secara kontinu.
                b)    Inflasi Terbuka  (open inflation) : Jika kenaikan harga terjadi secara keseluruhan.
                c)    Inflasi yang tidak terkendali (hyper inflation) : Jika setiap saat harga-harga  terus berubah dan meningkat.

3.       Berdasarkan Parah atau Tidaknya Inflasi
a)    Inflasi ringan (di bawah 10 % setahun)
b)    Inflasi sedang (antara 10%-30% setahun)
c)    Inflasi berat (antara 30%-100% setahun)
d)    Inflasi tak terkendali (di atas 100% setahun)


C. Efek yang Ditimbulkan dari Inflasi
1.    Efek terhadap pendapatan (equity effect)
                Efek tehadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang memperoleh pendapatan tetap Rp 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10 persen akan menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut yaitu Rp 50.000,00.
2.    Efek terhadap efisiensi (efficiency effect)
                Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efesien.
3.    Efek terhadap output (output effect)
                Dalam menganalisa kedua efek di atas (equity dan efficiency effect) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
4.    Inflasi dan perkembangan ekonomi
                Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan mengalakkan perkembangan ekonomi biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Aturan lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan infestasi yang bersifat seperti ini, infestasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya akan lebih banyak penganguran.


D. Dampak  Inflasi
      Ø  Dampak positif
                 Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
                Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar).

        Ø  Dampak positif
                Pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.


E. Cara Mencegah Inflasi

                Dengan mengunakan Irving Fisher MV = PT dapat di jelaskan bahwa inflasi timbul karena MV naik lebih cepat dari pada T. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya inflasi maka salah satu variabel (M atau V) harus di kendalikan. Cara mengatur vareabel M,V dan T tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal atau kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan produksi.

 a.    Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter di capai melalui jumlah uang yang beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposito). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara, pertama apabila seseorang memasukkan uang kas ke Bank dalam bentuk giro, instrumen lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasar terbuka (jual/beli surat berharga). Dengan cara menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih rendah.


b.    Kebijaksanaan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total sehingga inflasi dapat ditekan.

c.    Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri cenderung menurunkan harga.

d.    Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji atau upah (dengan demikian gaji/upah secara riil). Kalau indeks harga naik maka upah atau gaji juga dinaikkan.

BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
Walaupun masalah inflasi dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor, secara analitis cukuplah apabila faktor-faktor itu dibedakan dan digolongkan pada dua faktor berikut:
1)    Inflasi yang diakibatkan oleh perubahan dalam permintaan agregat
2)    Inflasi yang diakibatkan oleh perubahan dalam penawaran agregat
1>    Perubahan permintaan agregat disebabkan oleh perubahan penawaran uang
a)       Pandangan ahli-ahli ekonomi klasik
                        Perubahan-perubahan dalam penawaran uang akan menyebabkan kenaikan harga yang sama tingkatnya dengan tingkat kenaikan penawaran uang.  Selain itu terdapat 3 pandangan penting, yaitu :
 1. Menurut mereka seluruh penawaran uang yang terdapat dalam perekonomian digunakan untuk transaksi, yaitu untuk membiayai pembelian barang dan jasa.
2.    Nilai V tetap, maksudnya didasarkan kepada keyakinan bahwa kebiasaan orang dalam menerima uang dan membelanjakannya relatif tetap.
3.    Perekonomian selalu mencapai tingkat kesempatan kerja penuh.  Jadi nilai T tidak dapat ditambah lagi.  Hal ini diterangkan karena pertambahan penawaran uang akan menimbulkan kenaikan harga yang sama tingkatnya dengan pertumbuhan penawaran uang.
b)     Pandangan Keynes
    Keynes berpendapat bahwa “uang tidak netral” (Money is not neutral) – ia mempunyai  uang akan mempengaruhi kegiatan perekonomian dan pendapatan nasional melalui “mekanisme transmisi” berikut :
1.    Pertambahan penawaran uang akan menurunkan suku bunga
2.    Pengurangan suku bunga akan menambah investasi
3.    Kenaikan investasi akan menimbulkan proses multiplier sehingga akhirnya pendapatan nasional meningkat lebih besar dari kenaikan investasi yang pada mulanya berlaku.
    Jadi analisis Keynes tidak memperhatikan efek dddari pertambahan uang ke atas tingkat harga.  Dianggap tingkat harga tidak mengalami perubahan.
2>    Perubahan penawaran agregat disebabkan oleh kenaikan biaya produksi
    Inflasi yang disebabkan oleh perubahan penawaran agregat dinakan juga sebagai inflasi desakan biaya.  Dari istilah ini dapat diambil kesimpulan bahwa inflasi sebagai akibat perubahan penawaran ini adalah bersumber dari kenaikan biaya produksi yang menyeluruh di berbagai jenis industri dalam perekonomian.  Berlakunya kenaikan biaya produksi yang menyeluruh tersebut dapat bersumber dari faktor intern dan faktor ekstern.
a.    Faktor Intern, yaitu sebagai akibat dari perubahan-perubahan di dalam negeri dapat dibedakan dalam tiga faktor, yaitu :
1.    Kenaikan upah tenga kerja
2.    Kecenderungan meningkatkan keuntungan
3.    Harga bahan mentah yang semakin meningkat
b.    Faktor  Ekstern, yaitu faktor yang disebabkan oleh sktor luar negeri, dapat bersumber dari kenaikan harga barang di luar negeri atau msalah ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran.  Untuk menerangkan bagaimana faktor ekstern menyebabkan berlakunya inflasi desakan kos, contohnya adalah :
1.    Kenaikan harga minyak (bahan bakar) di tahun 1970-an dan efeknya kepada negara-negara industri
2.    Krisis mata uang Asia di tahun 1997-1998 dan efeknya kepada negara yang mengalaminya- termasuk Indonesia.

Inflasi di Masa Depan
    Kebijakan Bank sentral yang dinyatakan selama ini adalah untuk mengurangi laju inflasi secara perlahan menuju nol.  Sasaran ini menimbulkan sejumlah isu penting mengenai kebijakan, yang hanya dapat dibuktikan oleh perilaku ekonomi masa depan saja.